Kasih yang Tak Terlihat: Perjalanan Bima Tanpa Ibu - by nuke irene

 Ada seorang anak bernama Bima, yang tumbuh di sebuah desa kecil di kaki gunung. Sejak kecil, Bima hidup hanya bersama ayahnya, Pak Surya. Ibunya meninggal ketika Bima masih bayi, sehingga ia tak pernah merasakan kehangatan pelukan seorang ibu. Banyak orang di desanya selalu bercerita tentang kebaikan hati ibunya, Bu Rini, yang dikenal ramah dan penuh kasih sayang. Namun, cerita itu hanyalah bayangan bagi Bima, karena ia tak pernah mengenal sosok ibunya.


 Setiap kali melihat teman-temannya dijemput oleh ibu mereka, Bima selalu merasa ada yang hilang. Saat anak-anak lain berlari memeluk ibu mereka, Bima hanya berdiri diam, menatap dengan rasa iri yang dalam. Meski begitu, Pak Surya selalu berusaha keras untuk menggantikan peran yang hilang itu. Ia bekerja keras sebagai petani, tetapi selalu meluangkan waktu untuk Bima, mengajarinya tentang alam, kehidupan, dan kasih sayang.


 Pak Surya selalu berkata, "Ibumu mungkin tak ada di sini, Nak, tapi kasih sayangnya tetap ada dalam setiap langkahmu." Meskipun begitu, Bima sering bertanya dalam hati, "Bagaimana rasanya memiliki ibu? Apa yang akan ia katakan padaku? Apakah dia akan bangga padaku?"


 Masa-masa sekolah menjadi lebih sulit ketika teman-temannya mulai bertanya-tanya mengapa Bima tidak pernah berbicara tentang ibunya. Mereka sering menanyakan hal-hal yang membuat hatinya perih, seperti "Di mana ibumu?" atau "Mengapa ibumu tak pernah datang?" Meski Bima selalu menjawab dengan senyuman, hatinya terasa kosong.


 Suatu hari, saat ulang tahunnya yang ke-12, Pak Surya memberikan Bima sebuah kotak kayu tua yang selama ini disimpan di dalam lemari. "Ini adalah kenangan dari ibumu," kata Pak Surya sambil tersenyum hangat. Bima membuka kotak itu perlahan dan menemukan surat-surat yang ditulis ibunya sebelum ia lahir.


 Dalam salah satu surat, ibunya menulis, "Bima, meskipun ibu tak bisa melihatmu tumbuh besar, ibu percaya kau akan menjadi anak yang kuat dan baik hati. Ibu akan selalu ada bersamamu dalam setiap doa dan cintamu." Bima membaca surat itu berkali-kali, dan untuk pertama kalinya, ia merasakan kehadiran ibunya dengan cara yang berbeda.


 Sejak saat itu, Bima tak lagi merasa kehilangan. Ia sadar bahwa meski tak memiliki ibu secara fisik, cinta ibunya ada dalam dirinya. Bersama ayahnya, Bima tumbuh menjadi anak yang kuat, mandiri, dan penuh cinta, dengan keyakinan bahwa kasih sayang seorang ibu tak pernah benar-benar hilang, meski ia tak ada di sisinya.

Komentar